papuaterdepan.com, Jayapura, -Kepala Kantor Wilayah (Kakanwil) Kementerian Agama (Kemenag) Provinsi Papua, Klemens Taran, menghadiri Resepsi Milad ke-108 Aisyiyah sekaligus Pembukaan Musyawarah Pimpinan Wilayah (MUSYPIMWIL) I Aisyiyah Papua yang digelar di Ballroom Hotel @HOM Abepura, Kota Jayapura, Sabtu (14/06/2025).
Kegiatan ini menjadi momentum penting untuk memperkuat peran perempuan, khususnya Aisyiyah sebagai organisasi perempuan Islam tertua di Indonesia, dalam membangun ketahanan pangan dan mewujudkan keadilan sosial di Tanah Papua.
Mewakili Penjabat Gubernur Papua, Asisten Bidang Perekonomian dan Pembangunan Setda Provinsi Papua, Setiyo Wahyudi, menyampaikan bahwa kedaulatan pangan nasional masih menjadi tantangan besar. Menurutnya, Papua memiliki potensi besar untuk menjadi lumbung pangan nasional apabila pengembangan pertanian berbasis kearifan lokal terus didorong.
“Papua bisa menjadi lumbung pangan nasional, apalagi jika pengembangan pertanian lokal terus didorong,” ujarnya.
Setiyo menyambut baik peran Aisyiyah dalam penguatan ketahanan pangan berbasis desa. Ia menyebut keterlibatan perempuan menjadi kunci keberhasilan program-program strategis pemerintah, termasuk program makan bergizi gratis.
“Program ini tidak akan berhasil jika ketahanan pangannya lemah. Dan ketahanan pangan tidak akan terwujud tanpa peran ibu-ibu yang mengolah bahan lokal menjadi makanan bergizi,” tambahnya.
Kepala Kanwil Kemenag Papua, Klemens Taran, menyampaikan pentingnya sinergi antara Kementerian Agama dan organisasi keagamaan dalam penguatan kualitas kehidupan umat beragama di Papua. Hal ini disampaikannya saat wawancara di ruang kerjanya, Senin (16/06/2025).
“Kerja sama ini dilandasi oleh kesamaan visi dan program, khususnya dalam penguatan pemahaman keagamaan masyarakat, penguatan dakwah komunitas, serta pendampingan keluarga sakinah,” ungkapnya.
Kakanwil menambahkan bahwa penguatan keluarga merupakan fokus penting lintas agama.
“Kalau di Islam dikenal istilah keluarga sakinah, di agama lain ada keluarga bahagia dan sejahtera. Konsepnya serupa: keluarga sebagai basis moral dan sosial,” tuturnya.
Kakanwil berharap kerja sama ini tidak hanya berhenti di tingkat provinsi, tetapi ditindaklanjuti hingga ke kabupaten/kota.
“Aisyiyah bisa menjadi mitra strategis Kemenag dalam meningkatkan kualitas hidup umat beragama di Papua,” tegasnya.
Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Papua, Subhan Hafid Massa, dalam sambutannya menyebut ketahanan pangan sebagai fondasi kemandirian bangsa. Ia menekankan pentingnya distribusi pangan yang merata hingga pelosok.
“Ketahanan pangan sejati adalah ketika semua rakyat, termasuk yang tinggal di hutan utara dan selatan Papua, bisa menikmatinya,” ujarnya.
Ia juga mengajak Aisyiyah untuk merancang strategi ketahanan pangan yang menjunjung nilai kemanusiaan, kesederhanaan, dan solidaritas.
Sementara itu, Ketua PW Aisyiyah Papua, Atira Maddu, mengajak seluruh kader Aisyiyah untuk memperkuat peran strategis perempuan dalam bidang pangan, pendidikan, ekonomi, dan sosial. Ia memaparkan konsep Desa Qur’ani Tayyibah, yakni desa yang tumbuh dengan nilai Islam dalam aspek spiritual, sosial, dan lingkungan.
“Atas dasar keluarga harmonis dan religius, lahirlah desa Qur’ani yang kuat. Dari desa yang kuat, terbangun negara yang berdaulat dan tahan terhadap berbagai krisis,” ungkapnya.
Atira menyampaikan bahwa Aisyiyah Papua telah mengembangkan Gerakan Lumbung Hidup Aisyiyah (GLHA), yang mendorong pemanfaatan pekarangan rumah untuk ketahanan pangan keluarga.
Mengangkat tema MUSYPIMWIL “Dinamisasi Perempuan Berkemajuan, Mewujudkan Papua Berkeadilan”, Atira menegaskan pentingnya Aisyiyah bersikap aktif, adaptif, inovatif, dan progresif. Ia menyebut lima langkah strategis ke depan: regenerasi kader, transformasi digital, kemitraan strategis, manajemen berbasis data, dan kemandirian pendanaan.
“Mari jadikan MUSYPIMWIL ini sebagai momentum kebangkitan perempuan Papua yang berkemajuan dan berdaya saing,” pungkasnya.**(Rilis)









