Papuaterdepancom,Jayapura,- Kota Jayapura menjadi salah satu daerah di Papua yang ikut serta dalam pelaksanaan Sensus Sampah Plastik menggunakan metode alat pemindai barcode yang digelar serentak di seluruh Indonesia. Kegiatan ini dilaksanakan Badan Riset Urusan Sungai Nusantara (BRUIN) bekerja sama Komunitas Ecodefender Jayapura di Pantai Holtekamp, Kota Jayapura, Papua, Sabtu (23/11). Kegiatan tersebut bertujuan untuk mengidentifikasi sampah-sampah berdasarkan kegiatan merek yang dihasilkan oleh suatu produsen.
Dari hasil Sensus Sampah Plastik yang dilakukan Komunitas Ecodefender Jayapura. Tim berhasil mengidentifikasi secara total 930 sampah plastik termasuk botol plastik, sachet, botol kaca, gelas plastik serta sampah B3. Relawan Ecodefender Jayapura, Salomo mengatakan dari kegiatan Sensus Sampah Plastik tersebut diharapkan dapat mendorong produsen mengambil langkah nyata dalam pengelolaan limbah produk mereka.
”Kegiatan ini sangat menarik sekali karena baru pertama kali dilakukan di Kota Jayapura. Dimana sistem brand auditnya sudah tidak lagi mencatat secara manual tetapi dilakukan dengan alat pemindai barcode. Ini terbukti efektif dan mengumpulkan data lebih cepat dan akurat,” kata Salomo disela-sela kegiatan Sensus Sampah Plastik.
Muhammad Kholid Basyaiban, Koordinator Program BRUIN, mengatakan kegiatan Sensus Sampah Plastik tersebut sudah dilakukan sejak Maret 2022 – November 2023. Hasil monitoring Sensus Sampah Plastik diumumkan di awal tahun 2024.
”Kami berhasil mengumpulkan sekitar 25.733 pcs sampah plastik yang dikumpulkan datanya dari 30 kabupaten/kota di Indonesia. Jadi kami banyak menemukan sampahnya itu berasal dari perusahaan pencemar plastik yang ada di luar negeri maupun dalam negeri. Jadi ada dua brand ternama saling mendahului peringkatnya,” kata Kholid.
Lanjut Kholid, mereka sangat mengapresiasi apa yang dilakukan komunitas Ecodefender Jayapura telah melakukan Sensus Sampah Plastik
”Harapannya, banyak komunitas di Kota Jayapura maupun daerah lain di Papua bisa ikut berkontribusi menghasilkan data tentang polusi sampah plastik. Nantinya data yang dihasilkan dari komunitas masing-masing dapat dipergunakan sebagaimana mestinya seperti kampanye, advokasi maupun edukasi,” ujarnya.* (IAL)
Penulis : Muhammad Ikbal Asra