Papuaterdepan.com,Jayapura,— Satuan Tugas (Satgas) Jaminan Produk Halal (JPH) Provinsi Papua melakukan monitoring sekaligus edukasi kepada para pelaku Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) pada Festival Cenderawasih ke II yang digelar di eks Terminal Entrop, Kota Jayapura, 13–15 Juni 2025.
Kegiatan ini menjadi ajang sinergi antara pemerintah, akademisi, dan pelaku usaha dalam memperluas literasi halal serta meningkatkan kesadaran akan pentingnya sertifikasi halal bagi pelaku UMKM.
Sekretaris Satgas JPH Papua, Rita Wahyuningsih, menyampaikan bahwa keterlibatan pihaknya tidak hanya sebatas melakukan monitoring, tetapi juga memberikan edukasi langsung kepada pelaku usaha mengenai proses dan manfaat sertifikasi halal.
“Kami mengapresiasi Festival Cenderawasih yang digelar oleh Bank Indonesia. Ini menunjukkan kolaborasi nyata antara pemerintah dan pelaku usaha dalam mewujudkan Papua sebagai zona makanan yang bersih, aman, higienis, dan halal”, ujarnya saat ditemui pada Sabtu (14/06/2025).
Senada dengan itu, Ketua Lembaga Pengkajian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Halal (LP3H) IAIN Fattahul Muluk Papua, Ika Putra Wiratama, menegaskan bahwa sertifikasi halal tidak hanya menjadi kewajiban, tetapi juga merupakan strategi peningkatan daya saing produk.
“Dengan sertifikasi halal, produk UMKM menjadi lebih dipercaya konsumen, omzet meningkat, dan peluang ekspansi ke daerah lain semakin terbuka,” ujarnya.
Pengalaman langsung juga dibagikan oleh pelaku UMKM yang telah mengantongi sertifikat halal. Ali Syehbu, pemilik Kebab Alibaba, mengaku bahwa logo halal memberikan dampak signifikan bagi pengembangan usahanya.
“Sejak memiliki sertifikat halal, saya berani membuka outlet di berbagai kota seperti Manokwari, Merauke, Nabire, Timika, hingga Teluk Bintuni. Logo halal menjadi daya tarik yang kuat bagi konsumen,” ungkapnya.
Namun, Ali juga berharap pendekatan edukatif dari Satgas Halal terus diperluas. Menurutnya, masih ada pelaku UMKM yang memandang proses sertifikasi halal sebagai sesuatu yang rumit atau belum mendesak.
“Edukasi harus lebih diperkuat. Kalau semua outlet sudah berlogo halal, itu akan meningkatkan daya saing secara visual dan menambah kepercayaan konsumen,” tambahnya.
Dian Lestari, pemilik usaha Kombucha Rumah Papua, juga merasakan dampak positif dari sertifikasi halal. Kombucha produksinya yang berbahan lokal dari Papua kini tidak hanya diminati pasar nasional, tetapi juga konsumen internasional.
“Produk kami pernah dipamerkan di Ubud Food Festival di Bali dan mendapat sambutan positif. Label halal memberi kepercayaan lebih bagi konsumen, terutama dari luar negeri,” tuturnya.
Dian berharap dukungan pemerintah terhadap UMKM lokal terus berlanjut.
“Dukungan seperti ini jangan sampai berhenti. Kami butuh ekosistem yang membantu suara UMKM Papua lebih terdengar secara nasional,” ucapnya.
Sementara itu, bagi pelaku UMKM yang belum memiliki sertifikat halal, tantangan masih dirasakan. Nurul Hidayati Solikah, pemilik Crepestory, mengakui bahwa keraguan konsumen terhadap kehalalan produknya kerap berdampak pada tingkat penjualan.
“Kadang kami bingung harus ke mana untuk mengurus sertifikat halal. Harapannya, pemerintah atau instansi terkait lebih sering turun ke lapangan untuk memberi pemahaman kepada UMKM kecil seperti kami,” harapnya.
Monitoring ini juga dihadiri oleh Pendamping Halal LP3H IAIN Fattahul Muluk Papua, Wardani; serta tim Satgas JPH lainnya.**(Rilis)









