Jayapura,Papuaterdepan.com— Ketua Persekutuan Gereja-Gereja Pentakosta Indonesia (PGPI) Provinsi Papua, Pdt. MPA Mauri, S.Th, menyerukan agar masyarakat tetap tenang dan tidak mudah terprovokasi menyusul viralnya video pemusnahan mahkota burung Cenderawasih oleh Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Papua.
Video tersebut sempat memicu gelombang reaksi publik di berbagai media sosial karena dianggap menyinggung nilai budaya masyarakat Papua yang menjunjung tinggi simbol burung Cenderawasih sebagai lambang kehormatan dan identitas daerah.
Dalam pernyataannya, Pdt. Mauri menilai bahwa langkah BKSDA sebenarnya memiliki tujuan baik, yakni menegakkan hukum dan menjaga kelestarian satwa dilindungi. Namun, ia menyayangkan cara yang ditempuh karena dinilai kurang sensitif terhadap aspek sosial dan budaya masyarakat Papua.
“Tujuannya baik, tapi caranya salah. Ini supaya menjadi pelajaran agar tindakan serupa tidak dilakukan lagi,” ujar Pdt. Mauri dalam pesan videonya di Jayapura, Kamis (23/10).
Ia menegaskan, setiap tindakan pemerintah maupun aparat penegak hukum seharusnya mempertimbangkan nilai-nilai lokal yang hidup di tengah masyarakat. Tanpa pendekatan yang bijak, kata dia, langkah penegakan hukum bisa menimbulkan kesalahpahaman dan memicu reaksi emosional.
Pdt. Mauri juga mengingatkan masyarakat untuk tidak terpancing emosi atau melakukan tindakan yang bisa memperkeruh keadaan. Ia mengajak warga menyampaikan aspirasi secara damai dan melalui jalur yang tepat, seperti Majelis Rakyat Papua (MRP) dan Dewan Perwakilan Rakyat Papua (DPRP).
“Mari kita sampaikan dengan hati yang tenang. Jangan main hakim sendiri. Kita semua dipanggil untuk menjaga kedamaian,” pesannya.
Lebih lanjut, ia mengimbau seluruh pihak untuk menjaga situasi tetap kondusif pasca pelaksanaan Pemungutan Suara Ulang (PSU) di Papua yang berlangsung aman. Ia menekankan pentingnya semangat persaudaraan dan rekonsiliasi demi terwujudnya Papua yang damai.
“Mari kita tetap tenang dan menjaga keharmonisan. Sampaikan informasi dengan benar agar tidak terjadi kesalahpahaman. Kita semua bersaudara,” tutupnya.
Pernyataan Pdt. Mauri tersebut menjadi penyejuk di tengah meningkatnya perbincangan publik tentang tindakan pemusnahan mahkota burung Cenderawasih, yang selama ini dianggap sebagai simbol kebanggaan dan jati diri masyarakat Papua.(Rilis)









